Oleh Dr Tony Setiobudi BMedSci, MBBS, MRCS, MMed (Ortho), FRCS (Ortho)

Christian Eriksen, seorang pemain sepak bola asal Denmark, tiba-tiba roboh di lapangan saat pertandingan berlangsung. Jika petugas medis tidak datang tepat waktu dan melakukan CPR (resusitasi jantung paru), mungkin nyawa Eriksen tidak akan tertolong. Ia mengalami henti jantung. Kondisi ini dapat terjadi saat berolahraga maupun ketika seseorang sedang tidak beraktivitas. Bahkan bisa terjadi pada orang yang tidak pernah berolahraga sekalipun.
Eriksen mengalami henti jantung mendadak tanpa tanda-tanda peringatan. Sebagian besar kasus henti jantung memang terjadi secara tiba-tiba dan tak terduga.
Apa itu henti jantung?
Jantung kita berfungsi untuk memompa darah ke seluruh tubuh agar organ-organ dapat bekerja dengan baik. Saat henti jantung terjadi, jantung tiba-tiba berhenti memompa, atau berdebar sangat cepat dan tidak teratur sehingga tidak mampu memompa darah secara efektif. Akibatnya, kadar oksigen dalam tubuh menurun, kesadaran pun menurun, dan akhirnya penderita pingsan dan roboh, seperti yang dialami oleh Eriksen.
CPR (resusitasi jantung paru) adalah tindakan utama yang menyelamatkan nyawa Eriksen. CPR membantu mengalirkan darah kembali ke tubuhnya.
Menurut penelitian, angka kematian setelah henti jantung sangat tinggi meskipun CPR dilakukan. Jika henti jantung terjadi di luar rumah sakit, peluang untuk bertahan hidup kurang dari 10%. Peluang Eriksen untuk selamat termasuk dalam kategori kurang dari 10% tersebut. Ia sangat beruntung.
Jika henti jantung terjadi di rumah sakit, peluang selamat meningkat, namun masih di bawah 20%. CPR yang dilakukan segera setelah henti jantung dapat meningkatkan kemungkinan bertahan hidup 2–3 kali lipat.
Kemungkinan terjadinya henti jantung pada atlet sangat kecil, yaitu sekitar 0,76 per 100.000 tahun atlet.
Sayangnya, tidak ada cara efektif untuk mendeteksi henti jantung atau risikonya sebelum terjadi. Bahkan dengan pemeriksaan medis menyeluruh seperti yang dijalani oleh atlet kelas dunia seperti Eriksen, risiko ini tidak bisa dipastikan sepenuhnya. Jadi, meskipun hasil pemeriksaan kesehatan sempurna, bukan berarti seseorang memiliki risiko nol terhadap henti jantung. Hal ini tetap bisa terjadi.
Sebagian besar kasus henti jantung terjadi tanpa tanda-tanda peringatan, bahkan pada orang yang sangat bugar dan berolahraga setiap hari. Seperti halnya Christian Eriksen, ia bermain dengan baik tanpa ada tanda apa pun sebelum roboh.
Namun, dalam beberapa kasus, mungkin ada tanda-tanda ringan seperti:
- Rasa ingin pingsan
- Nyeri dada
- Sesak napas
- Jantung berdebar kencang
Tanda-tanda ini tidak boleh diabaikan. Jika Anda sedang berolahraga dan tiba-tiba merasakan gejala-gejala tersebut, segera hentikan aktivitas. Minta bantuan orang di sekitar untuk membawa Anda ke dokter atau rumah sakit terdekat.
Jika seseorang tiba-tiba pingsan di dekat Anda, segera hubungi 995 jika Anda berada di Singapura, dan langsung periksa ABC – airway, breathing, circulation, serta lakukan CPR jika diperlukan. Anda bisa menyelamatkan nyawa seseorang.
Saya harap informasi ini bermanfaat bagi Anda semua.

Dr Tony Setiobudi adalah Dokter Spesialis Bedah Ortopedi dan Tulang Belakang di Rumah sakit Mount Elizabeth (Orchard), Singapura.